Empat cara dalam menghadapi masalah : Absolve, Resolve, Solve, Dissolve


Suatu permasalahan dapat dihadapi dengan empat macam cara, yaitu (1) resolve, (2) solve, (3) dissolve, dan (4) absolve. Tulisan ini akan membahas mengenai keempat cara pemecahan masalah pada konteks organisasi, beserta contoh penerapannya dalam suatu kasus.

Cara pemecahan masalah yang pertama adalah resolve, yaitu cara pemecahan masalah dengan cara melakukan aksi yang dapat menghasilkan output yang memuaskan, berdasarkan pengalaman masa lalu, serta kegiatan trials and errors. Pemecahan masalah ini menggunakan pendekatan kualitatif, common sense, dan penilaian subyektif. Sedangkan, pendekatan kuantitatif lebih jarang digunakan. Alat pengambilan data yang sering digunakan adalah survey, kuesioner, dan wawancara. Resolve bukanlah cara pemecahan masalah yang terbaik, namun cara ini sering digunakan oleh konsultan dengan dalih bahwa masalah tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan baik, serta cara yang lain tidak dapat diterapkan, atau cara yang lain dapat menghasilkan solusi yang bertentangan dengan tujuan utama dari pemilik masalah.

Cara yang kedua adalah solve, yaitu cara pemecahan masalah dengan melakukan aksi sesuai dengan solusi optimal yang dapat menghasilkan keluaran (outcome) yang terbaik. Cara ini dapat dikategorikan sebagai pendekatan riset, karena menggunakan metode ilmiah, serta teknik dan tools yang saintifik, misalnya penggunaan model matematis, eksperimen ilmiah, atau simulasi. Cara ini sering menggunakan pendekatan kuantitatif dan obyektif. Cara ini biasanya digunakan oleh para manajer yang berorientasi pada teknologi dan manajemen ilmiah, dengan tujuan bukan hanya untuk bertahan hidup (survival), melainkan untuk mencapai pertumbuhan (growth).

Cara yang ketiga adalah dissolve, yaitu cara pemecahan masalah yang berorientasi untuk mendapatkan solusi yang ideal.  Dissolve bertujuan untuk mengubah sistem, atau lingkungan, sehingga sistem yang baru tersebut tidak mendapatkan masalah yang serupa di masa yang akan datang. Dissolve dapat disebut dengan pendekatan desain. Perancang sistem menggunakan berbagai macam metode atau tools yang relevan, baik itu metode kuantitatif maupun kualitatif. Cara ketiga ini lebih berfokus pada hal sintesis daripada analisis, artinya sistem dirancang secara keseluruhan, bukan dirancang dengan komponen-komponen yang terpisah. Dissolve bertujuan untuk pengembangan (development) agar pemilik masalah dapat mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi masalah, sedemikian sehingga masalah tersebut tidak akan muncul kembali pada masa yang akan datang.

Cara yang keempat adalah absolve, yaitu tidak melakukan aksi dan berharap permasalahan akan terselesaikan dengan sendirinya, seiring dengan waktu yang berjalan. Pada hakikatnya, absolve bukanlah aktivitas untuk menyelesaikan masalah, melainkan perilaku pasif yang tidak akan mendorong pemilik masalah kepada suatu perbaikan, pertumbuhan, maupun pengembangan.

Referensi: Ackoff, R. L. (1981). On the use viagrasansordonnancefr.com of models in corporate planning. Strategic Management Journal, 2(4), 353-359.

alberteinstein1


Leave a Reply